Mengenal Beberapa Tingkatan Perjalanan Spiritual

Salah satu penjelasan yang paling terkenal terkait dengan tingkatan-tingkatan sair dan suluk adalah penjelasan yang diungkapkan dalam buku Manthiq al-Thair karya Fariduddin al-Atthar yang menerangkan tingkatan-tingkatan sair dan suluk dalam tujuh tingkatan. Tingkatan-tingkatan dan stasiun-stasiun itu adalah:  Thalab (menuntut). Isyq (Cinta) Makrifat (Pengetahuan) Istighna (Merasa kaya) Tauhid Hairat (Takjub) Fana.

Klasifikasi tingkatan-tingkatan dan stasiun-stasiun ini lebih banyak menyoroti masalah perjalanan batin seorang sâlik (pejalan). Adapun simbol-simbol lahir suluk dan amalan-amalan yang harus dilakukan kurang begitu ditonjolkan. Meski pada sebagian penjelasan lainnya tingkatan-tingkatan amali dan praktis sair-suluk juga tetap menjadi obyek perhatian. Lanjutkan membaca 

Apakah Neraka Juga Memiliki Tingkatan-tingkatan Sebagaiman Surga?

Apa yang dapat disimpulkan dari  sebagian ayat al-Qur’an dan sebagian riwayat sehubungan dengan tingkatan-tingkatan dan derajat-derajat neraka adalah bahwa neraka juga sebagaimana surga memiliki tingkatan dan derajat yang berbeda-beda. Para pendosa berdasarkan kejahatan dan dosanya akan mendiami salah satu dari tingkatan neraka ini dan menerima azab.

Dalam sebuah riwayat terkait dengan ayat “Jahanam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka.”” (Qs. Al-Hijr [15]:44) Neraka jahannam memiliki tujuh pintu dan masing-masing dari ketujuh pintu terdapat sekelompok orang tertentu yang telah dibagi-bagi” Imam Baqir As bersabda, “Telah sampai kabar kepadaku bahwa Allah Swt membuat tujuh tingkatan neraka.”

  1. Tingkatan pertama yang merupakan tingkatan tertinggi dan puncak neraka disebut sebagai Jahim. Penghuni neraka pada tingkatan ini berdiri di atas bebatuan cadas dan tengkorak dan otak mereka mendidih lantaran panas yang amat-sangat.
  2. Tingkatan kedua  bernama Lazhi; panas api pada tingkatan ini, menguliti dan memotong tangan, kaki, dan punggung. Neraka ini akan memanggil orang-orang yang membelakangi titah Tuhan dan orang-orang yang menumpuk harta benda. Lanjutkan membaca.. 

Mengapa Kita Harus Menerima Islam?

Agama Islam merupakan agama paling inklusif dan komprehensif di antara agama-agama Ilahi. Agama ini diturunkan oleh Allah Swt sebagai petunjuk kepada manusia supaya manusia mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan abadi.  Apa yang membuat mengapa kita harus menerima Islam disebabkan oleh beberapa dalil sebagaimana berikut ini:  1. Inklusivisme Islam. 2. Tidak  Mencukupinya agama-agama lain selain Islam. 3.  Keharmonisan antara ajaran-ajaran Islam dan akal sehat (Ketidakharmonisan antara ajaran-ajaran Kristen dan akal sehat).  4. Berakhirnya masa berlaku sejarah agama-agama lain dan distorsi yang terjadi pada agama-agama tersebut sepanjang sejarah.

Keempat poin ini merupakan sebagian dalil mengapa kita harus menerima dan memilih Islam sebagai agama.  Lanjutkan membaca…

Peran Islam dalam Membangun Peradaban

 Peradaban pada setiap bangsa merupakan tanda-tanda kemajuan dan perkembangan bangsa tersebut. Histori terbentuknya peradaban di negara-negara Islam adalah bermakna bahwa mereka memiliki produksi pemikiran, kekayaan, saham dan juga kudrat dan kekuasaan. Karena jika selain ini yang terjadi, maka peradaban tidak akan terbentuk. Peradaban adalah dengan makna penerimaan untuk menempati kota, penerimaan sistem, hukum dan seluruh prinsip-prinsip sosial dan kerjasama satu sama lain pada individu-individu masyarakat.  Untuk membentuk sebuah peradaban terdapat berbagai anasir yang berpengaruh, di antaranya adalah: ilmu, sistem, keamanan, kooperasi, kerjasama, dan sebagainya, yang dalam agama Islam, telah banyak ditegaskan baik dalam al-Quran maupun dalam riwayat-riwayat dan sirah para Imam Maksum As, unsur-unsur yang akan membentuk peradaban, dan pada hakikatnya dapat dikatakan, agama Islam merupakan sebuah agama pembentuk peradaban. Lanjutkan Membaca..

Apakah Imam Shadiq As Pernah Berguru Pada Seorang Sunni?

Apa yang Anda kabarkan tidaklah demikian adanya; karena para Imam Maksum As memiliki seluruh ilmu dan tidak perlu belajar ilmu-ilmu seperti ilmu hadis dari orang lain. Sebaliknya sebagian tokoh besar Ahlusunnah, baik secara langsung atau tidak langsung adalah murid-murid mereka seperti Abu Hanifah dan Malik bin Anas.  Apa yang disebutkan dalam riwayat-riwayat Ahlusunah semata-mata nukilan hadis, bukan belajar ilmu hadis, fikih dan ushul pada mereka. Karena para Imam Maksum As apabila mereka ingin menukil sebuah hadis dari Rasulullah Saw, mengingat sebagian orang menerima hadis hanya dengan perantara salah seorang thabi’in dan sahabat yang sampai kepada Rasulullah Saw. Padahal sejatinya para Imam Maksum As tidak membutuhkan menyebut silsilah sanad. Para Imam Maksum melakukan hal ini lantaran kemaslahatan. Nukilan hadis para Imama Maksum dari para thabi’in dan sahabat bukan karena mereka merupakan guru para Imam Maksum As; misalnya Imam Shadiq As dalam sebuah riwayat menukil sebuah peristiwa tentang ayahnya, Imam Baqir As yang menukil sebuah hadis dari Rasulullah Saw melalui Jabir bin Abdullah yang menyatakan, “Imam Baqir As duduk mengajar dan berkata-kata hadis bagi masyarakat dari sisi Allah Swt. Orang-orang Madinah berkata, “Kami tidak melihat yang lebih berani dari orang ini.”  (Mengajarkan hadis langsung dari Allah Swt).. Lanjutkan membaca..

 

Mengapa Salat Dipandang Sebagai Kunci Surga?

Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah dan mengenal Allah Swt. Manusia hanya dalam rel penghambaan kepada Allah Swt akan mencapai kesempurnaan dan makam qurb Ilahi di sisi-Nya. Salat merupakan sebaik-baik bentuk mengekspresikan penghambaan dan kehambaan kepada Sang Pencipta. Menunaikan salat lima waktu akan mendatangkan kemulian jiwa dan menumbuhkan kekuatan spiritual yang mencegah manusia untuk tidak melakukan perbuatan keji dan mungkar. Dalam kondisi seperti ini dapat dipahami alasan mengapa salat dipandang sebagai kunci gerbang surga. Patut untuk disebutkan bahwa salat merupakan salah satu amalan ritual yang menawarkan sebuah ganjaran seperti kunci surga; karena dalam sebagian riwayat disebutkan beberapa kunci-kunci surga seperti kecintaan kepada para Imam Maksum As, dzikr lailaha illaLlah, sabar dan lain sebagainya. Demikian juga dari riwayat ini dapat disimpulkan bahwa salat dengan iman terhadap tauhid dan keesaan Tuhan serta kecintaan kepada Ahlulbait As memiliki hubungan erat dan saling berkelindan satu sama lain. Lanjutkan membaca… 

Perbedaan Antara Huwa dan Allah

Pada sebagian riwayat disebutkan bahwa Ya Huwa, Ya man la huwa illahu (Wahai Dia.. Wahai Dia yang tiada tuhan selain-Nya) adalah nama teragung Allah (ism a’zham). Jelas bahwa perbedaan antara lailaha illahu dan lailaha illaLlah yang disebutkan dalam al-Qur’an  kembali pada perbedaan antarahuwa dan Allah.  Yang dimaksud dengan huwa adalah sebuah sifat Allah Swt yang akan senantiasa gaib (dia) dan tidak dapat diperikan dan dicirikan.  Adapun yang dimaksud dengan Allah Swt adalah sebuah zat yang mencakup seluruh sifat jalâl (keagungan) dan jamâl (keindahan) dan tatkala disebutkan lailaha illaLlah artinya tiada tuhan selain Allah yang memiliki seluruh sifat-sifat (jalâl dan jamâl) tanpa kita harus menyebutkan bahwa zat ini berada di luar setiap sifat. Tatkala disebutkan Dia (huwa) adalah Allah (surah al-Ikhlas) artinya sifat Allah Swt dan zat-Nya adalah satu. Lanjutkan Membaca…

Ayat Mut’ah

Yang dimaksud dengan istimtâ’ pada ayat, “famastamta’tum bihi minhunna fa’tuhunna ujurahunna faridhatun” (Maka istri-istri yang telah kamu nikahi secara mut‘ah di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna) sebagai suatu kewajiban) adalah bahwa bahwa kapan saja engkau mendapatkan kenikmatan dari istri-istri maka hendaklah engkau menyerahkan mahar kepada mereka.  Ulama Imamiyah, sebagian sahabat dan thabi’in berkata bahwa yang dimaksud dengan ayat ini adalah nikah mut’ah.  Muslim bin Hajjaj dalam riwayat sahih bahwa Atha berkata, “Jabir bin Abdullah kembali dari umrah dan kami datang mengunjunginya. Orang-orang bertanya tentang beberapa hal dan di antaranya adalah mut’ah. Jabir berkata, “Benar, kami pada masa Rasulullah Saw, Abu Bakar, Umar, kami melakukan mut’ah.”  Kemudian kami melihat para sahabat besar dan thabi’in serta sekelompok besar ahli tafsir (mufassir) Ahlusunnah dan seluruh mufassir Syiah, seluruhnya memahami ayat di atas sebagai hukum tentang nikah mut’ah. Ayat ini berada pada tataran menghitung para wanita yang dapat dinikahi dan tidak pada tataran memerintahkan misalnya seseorang harus menikah, temporal atau permanen, pada prinsipnya pernikahan, baik temporal atau permanen, merupakan hal yang dianjurkan bukan hal yang diwajibkan.. Lanjutkan membaca…

Apakah Haram Memperingati Maulid?

 

Acara ulang tahun (maulid atau milad) bukan merupakan tradisi islami. Dalam ajaran-ajaran Islam tidak dianjurkan bagi manusia untuk mengandakan acara milad dan ulang tahun untuk memperingati hari lahirnya. Kami tidak ingin mengecam tradisi baru ini, meski pada saat yang sama juga kami tidak menerima impor tradisi-tradisi bangsa lain secara membabi buta. Namun setelah menerima tradisi seperti ini manusia dapat menyempurnakannya dengan memberikan sentuhan islami di dalamnya.  Oleh itu, tradisi ini dapat dimodifikasi dengan menjadikan hari kelahiran seseorang sebagai momentum untuk bersyukur dan memuji Allah Swt berkat anugerah usia yang diberikan semenjak hari lahirnya hingga kini. Di samping itu, juga merupakan kesempatan emas untuk merenungkan usia yang telah ia lalui, dalam hal apa dan untuk apa ia gunakan?  Hasil perenungan itu digunakan untuk paruh usia berikutnya dengan memperbaiki metode dan jalan hidupnya, mengingat Allah Swt dan memohon kepada-Nya supaya pekerjaan-pekerjaannya lebih baik dari masa-masa sebelumnya di masa-masa mendatang dan menjadi pekerjaan-pekerjaan terbaik baginya selama hidupnya. Dan berharap bahwa kesudahan terbaik baginya adalah perjumpaan dengan-Nya.  Karena itu, mengadakan acara ulang tahun bagi dirinya atau bagi anak-anaknya nampaknya tidak akan bermasalah secara syar’i apabila tidak disertai dengan perbuatan mubazir dan masalah-masalah yang bertentangan dengan syariat seperti memutar lagu-lagu haram, berdansa dan lain sebagainya. Lanjutkan membaca.. 

 

 


Ajaran-ajaran Universal Surah Bani Israel

Sesuai dengan pendapat masyhur para penafsir, surah Bani Israel (Isra) diturunkan di Mekkah dan termasuk salah satu surah dari surah-surah Makki. Secara umum,  fokus ajaran-ajaran utama surah Bani Israel adalah pada masalah-masalah berikut ini: 1. Dalil-dalil kenabian khususnya kemukjizatan al-Qur’an dan mikraj Rasulullah Saw.  2.  Masalah-masalah yang berkaitan dengan hari kiamat (ma’ad), masalah-masalah hukuman, ganjaran, catatan amal dan lain sebagainya.  3.  Sebagian sejarah yang banyak menorehkan peristiwa historis Bani Israel disebutkan pada awal dan akhir surah. 4. Masalah kebebasan berkehendak, ikhtiar dan bahwa segala perbuatan baik dan buruk hasilnya akan berpulang kembali kepada manusia. 5.  Masalah perhitungan kehidupan di dunia ini sebagai sampel bagi kehidupan dunia mendatang.  6.  Mengenal hak-hak orang lain pada seluruh tingkatan, khususnya kerabat keluarga dan lebih khusus lagi tentang ayah dan ibu. Lanjutkan membaca..